Ketika Destiny 2 dirilis pada tahun 2017, banyak yang melihatnya sebagai kelanjutan dari visi ambisius Bungie—studio di balik kesuksesan Halo. Namun, siapa sangka bahwa dalam rentang waktu enam tahun lebih, Destiny 2 bukan hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi salah satu game live-service paling berpengaruh di industri. Dengan narasi kosmik, gameplay shooter yang memukau, dan komunitas yang sangat aktif, game ini tak henti-hentinya bertransformasi.
saya melihat Destiny 2 sebagai warisan hidup dari genre looter shooter, dengan kualitas yang hanya bisa dicapai oleh pengembang yang konsisten menyeimbangkan antara cerita epik dan kepuasan gameplay.
Warisan Cahaya dan Kegelapan: Sebuah Dunia yang Terus Berubah
Di inti semesta Destiny, terdapat sebuah entitas misterius bernama The Traveler, makhluk besar berbentuk bola putih yang memberi kekuatan cahaya pada umat manusia dan menciptakan para Guardian—pahlawan super dari berbagai ras. Di sisi berlawanan berdiri kegelapan dan kekuatan kosmik yang ingin menghancurkan dunia.
Kisah Destiny 2 berkembang melalui ekspansi besar dan update musiman. Dari Curse of Osiris, Forsaken, Shadowkeep, hingga ekspansi revolusioner seperti The Witch Queen dan Lightfall, setiap chapter memperluas mitologi yang dalam dan kompleks.
Kini, saat para Guardian bersiap menyambut The Final Shape—penutup dari saga “Light and Darkness”—Destiny 2 berdiri di ambang babak baru. Game ini bukan hanya tentang tembak-menembak dan loot, tapi juga tentang perjuangan eksistensial, pengkhianatan, dan harapan.
Gameplay FPS dengan Rasa RPG yang Imersif
Hal yang paling mencolok saat memainkan Destiny 2 adalah betapa halus dan memuaskannya sistem penembakan dultogel. Setiap senjata—baik itu hand cannon, pulse rifle, atau bow—memiliki karakteristik unik. Bungie dikenal sebagai “dewa gameplay FPS”, dan di sini mereka membuktikannya lagi dan lagi.
Namun, tidak berhenti di situ. Elemen RPG yang terintegrasi—seperti class, subclass, skill tree, dan loadout—membuat setiap karakter terasa personal dan strategis. Pemain bisa memilih antara tiga class utama:
- Titan, tank yang kuat dan tahan banting.
- Hunter, karakter cepat dan lincah dengan skill kritis tinggi.
- Warlock, penyihir futuristik dengan kekuatan AoE dan penyembuhan.
Setiap class memiliki subclass elemental: Arc, Solar, Void, dan dua baru—Stasis (dari Darkness) dan Strand (energi transdimensi). Kombinasi subclass dan build yang mendalam memungkinkan berbagai gaya bermain: dari stealth assassin hingga support buffer atau DPS penghancur.
PvE yang Sinematik dan PvP yang Kompetitif
Salah satu kekuatan Destiny 2 adalah variasi aktivitasnya. Untuk pemain PvE (Player vs Environment), tersedia:
- Strikes, misi kooperatif instans dengan narasi singkat.
- Raids, konten endgame yang menantang dengan teka-teki dan koordinasi tinggi.
- Nightfall, versi sulit dari Strikes dengan modifikasi tambahan.
- Seasonal Activities, konten musiman unik dengan cerita baru dan sistem reward.
Sedangkan untuk PvP (Player vs Player), mode Crucible dan Trials of Osiris menghadirkan arena kompetitif tempat kemampuan mekanik dan build diuji secara brutal. Bagi yang ingin campuran PvE dan PvP, mode Gambit adalah inovasi unik: dua tim membunuh musuh AI sambil mengirim gangguan ke tim lawan.
Keseimbangan konten PvE dan PvP inilah yang membuat Destiny 2 tetap segar. Baik kamu solo player, tim kasual, atau hardcore raid team, selalu ada sesuatu yang bisa kamu lakukan.
Sistem Loot yang Memberi Kepuasan Progresif
Sebagai looter shooter, Destiny 2 unggul dalam desain loot. Setiap senjata memiliki “god roll” — kombinasi perk terbaik yang diincar pemain. Ini menciptakan rasa pencarian konstan, membuat farming terasa lebih seperti petualangan daripada repetisi.
Sistem armor kini juga lebih kompleks dengan Armor Mods, Stat Distribution, dan Artifice Armor dari Dungeon yang membuka peluang untuk build eksperimental. Setiap patch menghadirkan balance baru yang memaksa pemain mengevaluasi ulang strategi mereka.
Eksotis seperti Gjallarhorn, Witherhoard, atau Divinity menjadi ikon—senjata yang tak hanya kuat, tetapi punya sejarah dan fungsionalitas unik. Ada rasa prestise saat kamu memegang senjata eksotik hasil dari quest atau raid yang sulit.
Kualitas Narasi yang Meningkat Tajam
Pada awalnya, Destiny 2 sempat dikritik karena narasi yang lemah. Namun sejak Forsaken, Bungie membalikkan arah. Mereka menghadirkan cerita yang emosional, karakter yang kompleks, dan momen sinematik yang setara dengan film fiksi ilmiah.
Penulisan dialog, pengisi suara berkualitas Hollywood (seperti Lance Reddick sebagai Zavala), dan penyajian lore melalui cutscene serta lore tab membuat game ini kini dihormati dalam aspek naratif.
Kisah tentang betrayal Uldren Sov, penemuan masa lalu Savathûn, dan pengkhianatan Cayde-6 adalah momen-momen ikonik yang membentuk dunia Destiny 2 menjadi lebih dari sekadar game action. Ini adalah semesta hidup dengan sejarah dan konflik mendalam.
Komunitas yang Beragam dan Kuat
Dari streamer top seperti Datto, Aztecross, hingga komunitas lokal yang aktif di Discord dan Reddit, Destiny 2 punya basis pemain yang solid. Banyak yang memainkan game ini selama bertahun-tahun, bukan karena game-nya saja, tetapi karena komunitasnya.
Raiding groups, lore analysts, bahkan pembuat fan art dan music remix memperkuat posisi Destiny bukan hanya sebagai game, tapi sebagai budaya komunitas.
Bungie pun aktif mendengarkan feedback komunitas—mereka merilis TWID (This Week in Destiny) secara rutin, mengadakan developer update, dan melibatkan komunitas dalam keputusan design penting.
Tantangan dalam Model Live-Service
Tentu saja, tidak semua perjalanan Destiny 2 mulus. Model live-service membuat beberapa pemain merasa lelah dengan grind, FOMO (fear of missing out), dan monetisasi seperti season pass, expansion packs, hingga Eververse store.
Beberapa konten lama bahkan “vaulted” alias dihapus dari game untuk memberi ruang pada konten baru, yang menimbulkan pro-kontra karena menghapus bagian penting dari lore atau pengalaman pemain baru.
Namun Bungie terus mencoba menyesuaikan ritme konten dan memberi nilai lebih, seperti ekspansi The Witch Queen yang mendapat pujian kritis dan update Lightfall yang memperkenalkan Strand dengan cara eksplosif.
Masa Depan: Menuju The Final Shape
Saat ini semua mata tertuju pada The Final Shape, ekspansi pamungkas dari saga panjang Light and Darkness. Trailer-nya menjanjikan benturan akhir antara kekuatan Cahaya dan Kegelapan, dengan lokasi baru, musuh transdimensi, dan pengungkapan besar yang akan menjawab misteri selama ini.
Setelah itu, masa depan Destiny 2 tetap terbuka. Apakah Bungie akan memulai saga baru? Apakah Destiny 3 akan hadir? Atau apakah game ini akan tetap hidup sebagai platform MMO-RPG-FPS unik yang terus berevolusi?
Kesimpulan: Sebuah Semesta yang Tidak Pernah Mati
Destiny 2 adalah bukti bahwa game bukan hanya soal grafis atau mekanik, tetapi juga kontinuitas, komunitas, dan narasi yang tumbuh. Dalam dunia yang dipenuhi game sekali pakai, Destiny 2 berdiri sebagai ekosistem yang hidup—diisi oleh para Guardian yang tidak pernah berhenti berjuang.
Apakah kamu datang untuk tembakan presisi, untuk raid rumit, untuk cerita kosmik, atau sekadar mencari tempat bertualang bersama teman, Destiny 2 memiliki semuanya. Dan itu sebabnya ia terus bertahan. Bukan hanya sebagai game, tapi sebagai dunia yang selalu memanggil kita kembali ke orbitnya.